Tahun 1994, Swedia membuat kejutan besar di Piala Dunia Amerika Serikat. Mereka finis di peringkat ketiga, dan salah satu bintang utamanya adalah Tomas Brolin, pemain dengan gaya bermain atraktif dan penuh energi.
Namanya melambung tinggi, bahkan ia berada di peringkat keempat Ballon d’Or, sejajar dengan legenda Barcelona asal Rumania, Gheorghe Hagi.
Karier klubnya pun menanjak bersama Parma, mencetak 30 gol dan 12 assist dari 190 laga di Italia. Tapi seperti kisah klasik pesepak bola yang “salah langkah”, semuanya berubah ketika ia pindah ke Leeds United pada 1995.
Cedera parah di pergelangan kaki membuat performanya anjlok. Dari “Golden Boy Swedia”, Brolin berubah jadi pemain yang sering duduk di bangku cadangan.

Bahkan, saat pindah ke Crystal Palace tahun 1998, fans Palace hanya bisa bertanya-tanya: “Ini beneran pemain yang dulu nyaris jadi terbaik dunia?”
Cepat Berpuas Diri Jadi Ubah Mimpi
Dalam wawancara dengan FourFourTwo, Brolin berkata: “Kalau mau terus main di level tinggi, kamu harus latihan tiap hari. Tapi saya sudah tidak begitu bersemangat untuk itu.”
Setelah hanya enam bulan di Palace, ia gantung sepatu di usia 28 tahun, usia di mana kebanyakan pemain justru sedang di puncak karier. Tapi Brolin tidak menyesal.
Pemain kelahiran tahun 1969 ini mengaku: “Saya punya proyek lain di kepala saya. Seorang penemu datang ke saya dengan ide vacuum cleaner, dan saya buka perusahaan itu.”
@olahbolacom Legend Nesta aja minta jersey ke Ade Govinda 😍 Cerita serunya ketemu langsung sama Nesta dan Juan Veron bisa kamu tonton di YouTube OlahBola, langsung gaaas sob! 🚀 Kalau kamu ada kesempatan ketemu legenda Serie A, pengennya siapa sob? 👇 #lazio #seriea
♬ original sound – OlahBola.com – OlahBola.com
Dari Sepatu Bola ke Penyedot Debu
Brolin bertemu dengan penemu asal Swedia, Goran Edlund, yang punya ide brilian tentang desain penyedot debu baru yang lebih ringan dan efisien. Mereka pun mendirikan Twinnovation AB dan meluncurkan produk Twinner Vacuum Cleaner.
Awalnya orang menganggap ide itu aneh. “Mantan pemain bola jual vacuum cleaner?” Tapi nyatanya, produk ini sukses besar di Swedia dan Inggris.

Brolin bahkan menyumbangkan 30 persen keuntungannya untuk lembaga perlindungan anak di Swedia. Selain itu, ia juga berinvestasi di properti, farmasi, dan restoran.
Singkatnya, Brolin berubah dari playmaker di lapangan menjadi playmaker di dunia bisnis.
BACA JUGA: Tidak Ada Pemain Inggris, 5 Gelandang Terbaik Saat Ini Versi Scholes
Hidup Baru, Semangat Baru
Dalam satu kesempatan, Brolin berkata: “Banyak yang bilang usia 28 itu terlalu muda untuk pensiun. Tapi tergantung apa yang sudah kamu capai di 28 tahunmu. Saya sudah melakukan banyak hal.”
Kalimat itu menggambarkan filosofi hidupnya: bukan tentang berapa lama kamu berada di puncak, tapi bagaimana kamu mengisi waktu yang kamu punya.
Kini, Brolin menikmati hidupnya sebagai pengusaha sukses. Ia juga dikenal sebagai pemain poker profesional, pemilik kuda pacu, dan kadang muncul di TV Swedia dengan senyum santai, jauh dari tekanan sepak bola profesional.

Dari Lapangan ke Lantai Rumah
Tomas Brolin mungkin bukan legenda seperti Zidane atau Ronaldo, tapi kisahnya jadi pengingat bahwa hidup tak berhenti setelah sepak bola.
Kalau dulu Brolin dikenal karena dribble-nya yang memukau, sekarang ia dikenal karena dribble-nya vacuum cleaner. Sama-sama bersih-bersih, tapi konteksnya beda.
Dari semifinal Piala Dunia ke showroom vacuum cleaner, perjalanan hidup Brolin memang seperti film dokumenter yang penuh plot twist. Tapi mungkin, di situlah keindahan hidup: selalu ada ruang untuk babak baru.
FAKTA TERBARU:




