Gerald Vanenburg pelatih Timnas Indonesia U-23.
Gerald Ungkap Kunci Agar Indonesia Bisa Selevel Korea

Harapan Timnas U-23 Indonesia untuk tampil di Piala Asia 2026 harus pupus setelah kalah tipis 0-1 dari Korea Selatan. Laga berlangsung ketat, namun satu kesalahan di lini belakang membuat gawang Garuda Muda jebol lebih dulu di awal laga. Hingga peluit akhir, skor tak berubah, dan mimpi lolos pun kandas setelah hanya mengoleksi 4 poin dengan imbang lawan Laos dan menang lawan Makau.

Di balik skor tipis itu, Coach Gerald menyoroti masalah mendasar yang membuat Indonesia sulit bersaing. Bukan soal taktik semata, tapi kondisi fisik pemain yang drop drastis saat laga memasuki menit 60 ke atas.

Ketahanan Fisik Perlu Diperbaiki

Bagi Korea Selatan, 90 menit di lapangan bukan masalah besar. Mereka tampil stabil dan konsisten dari awal sampai akhir. Sebaliknya, bagi Indonesia, menit ke-60 justru jadi titik balik yang membuat segalanya sulit.

Gerald menegaskan, ini masalah yang sudah terlihat jelas. “Kalau misalnya kita bermain melawan tim seperti Korea yang fisiknya sangat bagus, kita di menit 60-an itu sudah banyak mengalami kendala juga karena tidak bisa bersaing secara fisik.”

Bayangkan, baru sejam main, sudah ada pemain yang kehabisan tenaga, sehingga kehilangan fokus. Sementara lawan masih segar bugar. Tidak heran jika strategi yang disiapkan jadi sulit dijalankan.

@olahbolacom

Jadikan pelajaran, semoga di SEA GAMES 2025 Desember nanti bisa dapat medali emas 🥇 Lini bertahan, tengah atau serang yang harus di poles lebih baik lagi sob? #timnasindonesia

♬ original sound – OlahBola.com – OlahBola.com

Pemain Minim Menit Bermain 

Lebih jauh, Gerald mengaitkan masalah fisik dengan kurangnya jam terbang di level klub. Banyak pemain Timnas U-23 ternyata jarang mendapat menit bermain reguler.

“Kalau kita melihat dari contohnya di Korea mereka juga memiliki kompetisi tersebut dan setiap minggunya yang bermain hari ini pasti bermain setiap minggunya terus dengan jam terbang yang tinggi.”

Akibatnya jelas: ketika harus tampil penuh dengan intensitas tinggi, tubuh mereka kewalahan. Analogi gampangnya, ini seperti kamu tiba-tiba disuruh ikut lomba maraton, padahal sehari-hari cuma jogging sebulan sekali. Hasilnya? Ya ngos-ngosan.

BACA JUGA: Erick Thohir Dapat Pesan Tegas dari Vanenburg soal Timnas U-23

Harus Ada Kompetisi Usia Muda

Gerald juga menyinggung soal fondasi yang hilang dalam sepak bola Indonesia: kompetisi usia muda.

“Mungkin disarankan agar kita juga memiliki kompetisi tersendiri untuk anak-anak usia muda. Karena kalau kita melihat dari contohnya di Korea mereka juga memiliki kompetisi tersebut.”

Menurutnya, inilah yang membuat gap dengan negara Asia lain makin besar. Pemain kita sering hanya mengandalkan bakat alami, tapi tanpa ditempa kompetisi rutin sejak dini, kualitas mereka mandek begitu masuk level senior.

PR Besar yang Menanti Sepak Bola Indonesia

Dari kekalahan ini, Gerald merangkum tiga PR besar yang tak bisa ditunda:

  1. Fisik pemain harus ditingkatkan. Jangan sampai menit 60 sudah kedodoran.
  2. Jam terbang di klub harus jadi prioritas. Pemain muda perlu main, bukan sekadar jadi cadangan.
  3. Kompetisi usia muda wajib dibangun serius. Bakat tanpa wadah hanya akan sia-sia.

Kalau tiga hal ini bisa ditata, Indonesia punya peluang lebih besar untuk bersaing di level Asia. Karena menghadapi tim seperti Korea Selatan bukan hanya soal taktik, tapi juga stamina, mental, dan pengalaman bertanding yang konsisten.

FAKTA TERBARU: Hasil Imbang Lawan Lebanon, Ini Catatan Keras Erick Thohir

Leave a comment

Artikel Terbaru

Temukan Artikel Lainnya

🚨 Peringatan Penting!

Website resmi OlahBola hanya di olahbola.com.

Kami tidak bertanggung jawab atas situs website atau akun media sosial di luar yang tercantum di website resmi kami.

Hati-hati terhadap pihak yang mengatasnamakan OlahBola.

Pastikan hanya mengakses informasi dan layanan resmi kami melalui olahbola.com untuk mendapatkan layanan konten sepak bola terpercaya.