Kolase Rio Ferdinand, Victor Valdés, dan Xherdan Shaqiri saat menjuarai Liga Champions bersama klub masing-masing
8 Juara Liga Champions yang Pernah Terdegradasi di Premier League

Ada kalanya sepak bola terasa seperti roller coaster, satu tahun berhasil mengangkat trofi Liga Champions, tahun berikutnya malah terperosok ke divisi Championship. Delapan pemain ini adalah bukti bahwa kemuliaan dan kehancuran bisa datang dari lapangan yang sama.

Rio Ferdinand

Rio Ferdinand bermain untuk Queens Park Rangers di Premier League

Harry Redknapp sempat merasa menang banyak saat berhasil membujuk Rio Ferdinand bergabung ke QPR pada 2014. Sayangnya, mantan pemenang Liga Champions 2008 itu tak lagi sekuat masa jayanya di Manchester United. Tragedi pribadi seperti meninggalnya sang istri, Rebecca, turut memengaruhi performanya.

QPR pun terdampar di dasar klasemen musim 2014/15, dan Ferdinand menutup kariernya dengan rasa pahit.

Victor Valdes

Victor Valdés tampil membela Middlesbrough setelah karier gemilang di Barcelona

Bayangkan: dari menjaga gawang Barcelona era Messi–Xavi–Iniesta yang menjuarai 3 kali Liga Champions (2006, 2009, 2011), lalu pindah ke Middlesbrough yang cuma menang lima kali semusim.

Itu kisah Victor Valdes. Setelah cedera panjang dan jadi cadangan De Gea di Manchester United, ia mencoba peruntungan di Boro. Tapi hasilnya? Tim asuhan Aitor Karanka terjerembab ke dasar klasemen di akhir musim 2016/17. Valdes memilih gantung sarung tangan setelah itu.

Michael Carrick

Michael Carrick bermain untuk West Ham United sebelum bergabung dengan Manchester United

Sebelum jadi pilar Manchester United, Carrick sempat turun kasta bersama West Ham pada 2003. Tapi alih-alih hancur, ia bangkit.

Dari divisi Championship, ke Spurs, lalu ke Old Trafford, dan sisanya sejarah. Lima gelar Premier League, satu Liga Champions tahun 2008, dan tempat abadi di hati fans United. Bisa dibilang, Carrick adalah contoh bahwa terkadang kamu harus jatuh dulu untuk bisa juara.

Georginio Wijnaldum

Georginio Wijnaldum merayakan kemenangan Liverpool di final Liga Champions 2019

Wijnaldum sempat jadi sinar terang di tengah gelapnya musim Newcastle 2015/16. Namun, meski bermain apik, timnya tetap terdegradasi.

Untungnya, Liverpool melihat potensi besar di diri sang gelandang. Tiga tahun kemudian, ia menjadi bagian penting dalam comeback legendaris 4-0 melawan Barcelona di semifinal UCL 2019. Siapa sangka pemain yang dulu turun kasta justru jadi pahlawan di malam paling magis Anfield dan juara di kompetisi tertinggi Eropa?

BACA JUGA: Dulu Angkat Trofi Liga Champions, Kini Jadi Kurir Paket

Ibrahim Afellay

Afellay merayakan kemenangan bersama Lionel Messi di Barcelona

Afellay pernah memberi assist untuk Lionel Messi ketika melawan Real Madrid di semifinal UCL 2011, lalu mengangkat trofi si kuping besar. Tapi beberapa tahun kemudian, ia malah bertarung di lini tengah Stoke City.

Cedera dan masalah sikap membuat kariernya di Inggris berantakan. Ia bahkan sempat dibekukan dari tim sebelum Stoke akhirnya degradasi pada 2018.

Jose Bosingwa

Bosingwa, pemain Chelsea mengangkat trofi Liga Champions 2012 setelah menang atas Bayern Munich

Bosingwa mungkin jadi contoh paling ekstrem. Di Chelsea, ia membantu klub meraih trofi Liga Champions 2012, bahkan tampil heroik di final mengalahkan Bayern Munchen.

Namun di QPR, ia justru jadi kambing hitam. Setelah menolak duduk di bangku cadangan, ia disoraki fans sendiri. Tak lama kemudian, QPR turun kasta pada 2015. Bosingwa “Champions of Europe” ke “Championship”. Sakit, tapi nyata.

@olahbolacom

Blind ranking football team with @benblack @ben Sudah bener belum urutan rankingnya? Atau kalian punya versi sendiri? Coba tulis versi kalian 😌👉🏻

♬ Funny video “Carmen Prelude” Arranging weakness(836530) – yo suzuki(akisai)

Fabrizio Ravanelli

Fabrizio Ravanelli saat bermain untuk Juventus dengan jersey hitam putih legendaris

Nama Ravanelli dulu identik dengan gaya rambut abu-abu dan gol spektakuler. Tapi siapa sangka, setelah juara UCL tahun 1996 bersama Juventus, ia memilih pindah ke Middlesbrough.

Meski mencetak 31 gol semusim, Boro tetap terdegradasi pada 1997. Ironisnya, ketika ia sudah pergi membela beberapa klub lain, lalu kembali ke Inggris bersama Derby, hal yang sama terulang pada tahun 2002. Sepertinya, kalau ada film berjudul “Ravanelli di Liga Inggris”, ending-nya sudah bisa ditebak.

Xherdan Shaqiri

Xherdan Shaqiri terlihat kecewa usai Stoke City terdegradasi dari Premier League

Shaqiri adalah pemain langka: pernah juara Liga Champions dua kali (Bayern 2013 dan Liverpool 2019), tapi juga terdegradasi dengan Stoke di periode tersebut.

Dalam 12 bulan, ia merasakan dua sisi sepak bola: dari tangis degradasi di Britannia Stadium pada Mei 2018, lalu Juni 2019 berpesta di Madrid usai mengalahkan Spurs di final UCL. Kalau ada ungkapan “bola itu bundar”, mungkin kisah Shaqiri-lah jawabannya.

FAKTA TERBARU:

Leave a comment

Artikel Terbaru

Temukan Artikel Lainnya

🚨 Peringatan Penting!

Website resmi OlahBola hanya di olahbola.com.

Kami tidak bertanggung jawab atas situs website atau akun media sosial di luar yang tercantum di website resmi kami.

Hati-hati terhadap pihak yang mengatasnamakan OlahBola.

Pastikan hanya mengakses informasi dan layanan resmi kami melalui olahbola.com untuk mendapatkan layanan konten sepak bola terpercaya.