Tottenham Hotspur punya kisah baru yang menarik perhatian dunia sepak bola. Bek kanan mereka, Djed Spence, dipanggil ke skuad Inggris asuhan Thomas Tuchel dan berpeluang mencatat sejarah: menjadi pemain Muslim pertama yang membela Timnas senior Inggris.
Bagi Spence, panggilan ini datang dengan rasa syukur sekaligus kejutan. “Saya melihat kabar itu, dan jujur terkejut. Pertama kali? Itu luar biasa. Saya bahkan tidak bisa menjelaskannya dengan kata-kata,” ujar Spence dengan wajah berbinar.

Tidak Merasa Tertekan, Justru Jadi Motivasi
Banyak yang mungkin berpikir, membawa label “pertama” akan membuat pemain terbebani. Namun Spence menanggapinya santai. “Saya tidak merasa ada tekanan tertentu. Saya hanya bermain bola dengan senyum di wajah, bahagia, dan sisanya biarkan berjalan dengan sendirinya.”
Ia menambahkan, keimanannya menjadi bagian penting dalam kehidupannya. “Pertama-tama, Tuhan itu yang terbesar. Saya banyak berdoa banyak dan banyak bersyukur. Di masa-masa paling gelap, saya percaya Tuhan selalu ada di sisi saya. Saat menang pun, saya sebut nama-Nya karena Dia selalu bersama saya.”
Di titik ini, publik Inggris mungkin bisa belajar: ternyata seorang pemain bisa tampil lepas tanpa harus menanggalkan nilai-nilai personal yang ia yakini.
Dari Conte ke Postecoglou: Jalan Terjal Spence
Karier Spence di Spurs sendiri sempat seperti naik roller coaster. Setelah tampil gemilang membawa Nottingham Forest promosi di 2022, Tottenham membelinya seharga 20 juta poundsterling.
Tapi, saat itu Antonio Conte dengan dingin menyebut dirinya hanya sebagai “investasi dari klub” atau menyatakan Spence bukan pilihannya, sehingga Conte tidak merasa punya “tanggung jawab” untuk memainkannya. Ini juga semacam sindiran ke manajemen Spurs yang sering membeli pemain tanpa persetujuan penuh pelatih.

“Dengar komentar seperti itu jelas tidak enak. Kepercayaan diri sempat jatuh. Tapi saya petarung, jadi apapun yang terjadi saya tetap lakukan yang terbaik,” cerita Spence.
Ia pun sempat menjalani masa pinjaman ke Rennes, Leeds, dan Genoa. Hingga akhirnya, pada Desember lalu, ia mencatat debut penuh untuk Spurs dan menutup musim dengan ikut mengangkat trofi Liga Europa.
Bahkan, ia dikenal tetap disiplin berlatih dan tampil maksimal meski tengah berpuasa Ramadan. Postecoglou pun memujinya sebagai pemain dengan mentalitas baja.
Ingin Inspirasi untuk Banyak Anak
Spence tak segan mengaku kalau kritik dan keraguan orang menjadi bahan bakar motivasinya. Pernah suatu kali, ia dengan santai mengunggah foto merokok cerutu bersama trofi promosi seraya men-tag Neil Warnock, mantan bos Middlesbrough yang dulu meragukannya.

“Saya tidak punya buku catatan hitam, tapi saya ingat baik siapa saja yang pernah meremehkan. Rasanya menyenangkan bisa membuktikan mereka salah,” katanya sambil tersenyum.
Lebih dari itu, ia berharap kisahnya bisa menjadi inspirasi. “Kalau saya bisa, kalian juga bisa. Bukan hanya anak Muslim, tapi semua anak dari latar belakang apapun. Kalau kalian percaya dan kerja keras, pasti bisa.”
Catatan Sejarah Baru di Timnas Inggris?
Olahraga Inggris sejatinya sudah punya banyak pemain Muslim, contohnya di level kriket seperti Moeen Ali dan Adil Rashid. Namun, di sepak bola senior, Spence berpeluang menjadi yang pertama.

Dengan darah campuran Jamaika dan Kenya, serta keyakinan yang ia pegang teguh, Spence kini berdiri di ambang sejarah. Dari masa suram diabaikan Conte, sampai akhirnya dipercaya Tuchel di kualifikasi Piala Dunia 2026, perjalanan ini seakan menjadi bukti betapa iman, mental baja, dan sedikit bumbu ngotot khas pemain jalanan bisa membawa seseorang ke puncak.
FAKTA TERBARU: