Masih ingat Gerard Deulofeu? Winger pirang yang dulu sering bikin bek Premier League tersesat karena dribelnya yang gila-gilaan. Pemain yang bisa menangin pertandingan buat Everton atau Watford sendirian.
Sekarang, dia tidak punya klub. Bahkan, sudah hampir tiga tahun tidak main bola sama sekali. Di usia 31 tahun, mantan wonderkid La Masia itu sedang menghadapi lawan paling berat dalam hidupnya, bukan bek tangguh tapi tubuhnya sendiri.
“Saya tahu ini mungkin pemulihan paling sulit dalam sejarah. Tapi kalau ada satu orang yang bisa melakukannya, itu saya,” kata Deulofeu.

Pemain Cepat yang Berteknik
Di masa jayanya, Deulofeu dikenal sebagai pemain cepat dan lincah, dengan teknik tinggi serta kemampuan dribel yang bisa membuat bek kehilangan arah. Dia bisa bermain di sayap kanan, kiri, bahkan sebagai penyerang tengah, baik sebagai false nine maupun second striker.
Kadang, dia ditempatkan sebagai penyerang tunggal karena kemampuannya menciptakan peluang dan mencetak gol dari ruang sempit. Gaya mainnya langsung menuju gawang, eksplosif, tapi tetap artistik.
“Ronaldinho adalah inspirasi terbesar saya,” katanya suatu kali. Namun banyak pengamat menyamakan gaya bermainnya dengan Cristiano Ronaldo yang cepat, agresif, dan berani menembus pertahanan sendirian.
Di era di mana banyak pemain bermain aman, Deulofeu adalah sosok yang “berani berimajinasi” di lapangan. Dan itulah yang bikin para fans Inggris dulu jatuh cinta padanya.
Cedera yang Mengubah Segalanya
Setelah pindah dari Everton tahun 2017, Deulofeu sempat ke AC Milan, klub yang membesarkan namanya Barcelona, dan Watford sebelum akhirnya mendarat di Udinese. Semua berjalan baik sampai akhir 2022, saat ia mengalami cedera ACL lawan Napoli.

Awalnya terlihat tidak parah. Tapi ternyata bencana baru saja dimulai. Deulofeu sempat operasi di Roma, tapi malah kena infeksi. Parahnya, infeksi itu menghancurkan tulang rawan lututnya. Jadi tiap kali ia bergerak, yang bergesekan bukan otot, tapi tulang ketemu tulang. Bayangin sakitnya!
“Biasanya hal seperti ini terjadi ke orang tua,” ucapnya. “Tapi sekarang, saya yang mengalaminya. Infeksi itu makin parah tiap bulan.”
Bukan cuma soal karier di lapangan hijau, tapi kemampuan buat jalan normal pun ikut dipertaruhkan.
BACA JUGA: Zinedine Zidane Akui Satu Pemain Ini Bikin Terpukau di 2025
Antara Sakit dan Harapan
Udinese masih membuka pintu. Kontraknya memang sudah berakhir dengan kesepakatan bersama pada Januari 2025, tapi klub tetap mengizinkan dia pakai fasilitas latihan dan ikut suasana tim. Kadang dia kumpul bareng pemain baru, bantu mereka adaptasi, ikut makan malam tim.
Bagi Deulofeu, itu udah lebih dari cukup buat tetap merasa “hidup” sebagai pesepak bola.
“Mereka menunggu saya. Mereka kasih waktu dan semangat. Saya sangat menghargai itu,” katanya.
Dia rutin terapi, menghabiskan waktu dengan mesin oksigen buat bantu penyembuhan, dan terus berusaha mengembalikan kekuatan lututnya. Katanya, sekarang sudah 90 persen pulih, tapi dia tidak mau buru-buru. Satu hari latihan, satu hari istirahat belum cukup. Dia mau bisa latihan setiap hari tanpa rasa sakit.
@olahbolacom Adakah pemain yang bisa ditukar dengan Vini Jr di Real Madrid? #kitagaruda #olahragatiktok #realmadrid #vinicius
♬ original sound – OlahBola.com – OlahBola.com
Refleksi Seorang Mantan Wonderkid
Waktu berjalan lambat buat Deulofeu. Tapi justru di momen sunyi seperti ini, dia baru sadar seberapa jauh dirinya pernah melangkah.
“Saya sudah main di Barcelona, Milan, menang Liga Europa bareng Sevilla, main di Liga Champions, sampai final FA Cup dengan Watford. Mungkin bisa lebih baik, tapi saya bangga dengan apa yang sudah saya capai.”
Mimpi Kecil yang Masih Hidup

Deulofeu belum menyerah. Dia masih ingin merasakan satu momen lagi yakni keluar dari lorong stadion, mendengar namanya dipanggil, dan kembali menyentuh bola di depan publik Udinese.
“Saya tahu nanti stadion ini bakal penuh. Semua tahu gimana saya bermain waktu masih sehat. Kami ingin bikin sejarah bareng.”
Entah kapan hari itu datang, tapi satu hal pasti: kisah Gerard Deulofeu “the next big thing in Europe” sudah jadi pengingat buat semua pemain bahwa sepak bola bukan cuma tentang gol dan trofi, tapi juga tentang berani berdiri lagi setelah segalanya runtuh.
FAKTA TERBARU:




