Pelatih Timnas U-23 Indonesia, Gerald Vanenburg, tak mau euforia berlebihan usai anak asuhnya menang telak 5-0 atas Makau pada Sabtu malam (6/8) dalam laga kedua kualifikasi Piala Asia U-23 2026.
Meski puas dengan performa lebih baik dibanding laga pertama yang hanya imbang melawan Laos, Vanenburg menekankan bahwa kemenangan ini bukan akhir, melainkan langkah awal menuju ujian sebenarnya: Korea Selatan.
“Ya, saya pikir kami bermain jauh lebih baik dibandingkan laga pertama. Tapi, ini momen di mana kami tidak boleh terlalu lama merasa senang karena fokus kami selanjutnya adalah Korea Selatan. Kemenangan ini memang menyenangkan, tapi harus segera dilupakan. Kami harus menatap pertandingan berikutnya dan berusaha mengalahkan Korea Selatan, karena tim Indonesia seharusnya bisa berada di Piala Asia,” ujar Vanenburg.
Kondisi Timnas U-23: Optimisme vs Realita
Di satu sisi, Vanenburg percaya kualitas Timnas U-23 cukup mumpuni untuk bersaing, bahkan meraih gelar. Namun, ia juga realistis: satu langkah salah bisa membuat mimpi itu berantakan.
“Saya yakin dengan tim ini, bahkan bisa menjuarai turnamen. Tapi kami juga bisa tersingkir kalau kalah lawan Korea Selatan. Semuanya masih sangat ketat. Vietnam tidak jauh lebih baik dari kami, Thailand juga tidak, Korea Selatan pun tidak lebih baik dari kami. Itu yang saya yakini,” ujar pelatih asal Belanda tersebut.
Ketika ditanya soal catatan melawan pelatih Korea, Vanenburg menolak untuk terjebak pada statistik.
“Saya tidak peduli pelatih lain. Fokus saya hanya bagaimana bisa menang di setiap pertandingan. Mau lawannya pelatih Korea Selatan atau bukan, saya tidak peduli.”
Konteksnya sederhana: entah lawan Korea, Thailand, atau Vietnam, fokusnya tetap sama yaitu menang untuk Indonesia.
BACA JUGA: Pesta Gol vs Taipei, Mampukah 4-4-2 Kluivert Jebol Pertahanan Lebanon?
Masalah Menit Bermain di Klub
Kemenangan melawan Makau juga tak lepas dari rotasi pemain. Bukan sekadar strategi, melainkan keharusan. Banyak pemain datang ke Timnas dengan menit bermain minim di klub.
“Kalau dilihat pemain hanya tampil 14 atau 15 menit di klub, mereka tidak mungkin bisa langsung bermain tiga pertandingan dalam sembilan hari. Jadi ini bukan masalah saya, tapi memang kondisinya begitu. Kami harus menemukan cara agar para pemain bisa datang dengan kondisi dan kebugaran yang lebih baik di sini,” tegas Vanenburg.
Masalah menit bermain dari masing-masing klub jadi sorotan serius. Vanenburg memberi contoh sukses Timnas U-17 yang bisa lolos ke Piala Dunia U-17 karena mendapatkan program pemusatan latihan (TC) panjang meski minim menit bermain di klub.
“Semua orang bicara soal Timnas U-17 yang lolos. Mereka bisa berkembang karena delapan bulan TC bersama, ke sana ke mari, dan itu sangat baik. Saya sangat menghargainya. Tapi perkembangan hanya bisa terjadi kalau kita bersama-sama. Kalau tidak, sulit.”
Pesannya jelas untuk Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, maupun klub: harus ada kerja sama. Jangan sampai tarik ulur kepentingan membuat pemain muda Indonesia jadi korban.
“Kami tidak ingin bertengkar dengan klub, tapi kita harus melakukannya bersama. Karena ini untuk Indonesia, untuk tim nasional, bukan untuk saya, melainkan untuk masyarakat di sini. Itu yang harus dipahami. Jadi kita harus cari solusi bersama,” tegas Vanenburg.
Laga melawan Korea Selatan akan digelar pada Selasa, 9 September 2025 di Gelora Delta, Sidoarjo. Mampukah Arkhan Fikri dkk memberikan kekalahan pertama bagi Korea Selatan?
FAKTA TERBARU: Bukan CR7, Siapa Striker Terbaik Menurut Lionel Messi?
