BRI Super League 2025/26 menampilkan beberapa pelatih debutan. Salah satunya Jean-Paul van Gastel yang menjadi nahkoda klub promosi PSIM Yogyakarta.

Malam nanti (8/8), Van Gastel akan memulai petualangannya bersama PSIM di BRI Super League. Persebaya Surabaya akan menjadi lawan pertama yang dihadapi.

Meski menjadi pelatih debutan, Van Gastel tak kaget dengan kultur sepakbola Indonesia. Termasuk dengan kejamnya persaingan di BRI Super League.

Setiap musim selalu ada pelatih yang dipecat di tengah jalan. Hasil kurang memuaskan sering kali menjadi penyebab seorang pelatih tersisih.

Namun pelatih asal Belanda itu tak merisaukan fakta tersebut. Baginya potensi pemecatan merupakan hal yang wajar bagi sebuah pekerjaan.

“Hal normal dalam pekerjaan ini. Seperti saat di Liga Turki, kami dalam enam laga beruntun hasilnya tidak bagus dan imbang di laga ketujuh, saya hampir dipecat,” tutur eks asisten pelatih Feyenoord tersebut.

“Kegilaan itu terjadi setiap tahun, tetapi itu bagian dari pekerjaan ini. Jadi bergantung bagaimana manajemen mengendalikan situasi tersebut,” imbuhnya.

Sementara itu tampil di laga pembuka BRI Super League, juga mematik jiwa muda Van Gastel. Kagum dengan atmosfer Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya, pelatih berusia 53 tahun itu ingin kembali berlaga sebagai pemain.

“Saya sangat senang berada di Surabaya, stadion yang indah dalam upacara pembukaan. Saya sangat senang berada di lingkungan seperti ini, melatih tim saya,” ucapnya.

“Seperti yang saya katakan pekan lalu, terkadang saya merasa masih berusia 25 tahun dan bisa bermain sendiri. Itulah perasaan yang saya miliki. Seandainya aku masih semuda itu,” sambungnya.

Meski begitu, Van Gastel tak mau terlena dengan atmosfer GBT. Dia yakin bisa mencuri poin dari Persebaya. Tampil sebagai tim tamu, asil imbang sudah memuaskan baginya.