Kenapa Patrick Kluivert Berkali-kali Bilang Tidak Untuk Pindah ke Manchester United?

Manchester United kembali déjà vu saat bursa transfer Eropa mulai sibuk di musim panas 2025. Mereka sedang mengejar Viktor Gyokeres, striker tajam asal Swedia yang saat ini bersinar bersama Sporting Lisbon. Namun, kabar terbaru menyebutkan bahwa Gyokeres lebih tertarik merapat ke Arsenal.

Di mata fans Setan Merah, ini tentu menyakitkan. Tapi jika mereka menoleh ke belakang (sekitar 27 tahun lalu) mereka akan menemukan cerita yang jauh lebih pahit… dengan melibatkan nama besar: Patrick Kluivert.

Ya, pelatih Timnas Indonesia saat ini pernah nyaris menjadi bagian dari sejarah Manchester United.

Tahun 1998: Ketika Fergie Ditolak Kluivert

Tahun 1998, Patrick Kluivert yang berusia 22 tahun, baru menyelesaikan satu musim di AC Milan, dan tampil di panggung besar Piala Dunia bersama Belanda. Kariernya sedang menanjak tajam. Sir Alex Ferguson melihat potensi luar biasa dari penyerang muda ini dan langsung bergerak untuk mendapatkan tanda tangannya.

Fergie saat itu bersaing dengan beberapa klub besar, termasuk Arsenal, untuk mengamankan tanda tangan Kluivert. Tapi sang pemain justru memilih Barcelona sebagai pelabuhan barunya.

Kluivert di Barcelona 1998
Patrick Kluivert di Barcelona

Penolakan ini bukan hanya mengejutkan, tapi juga membuat Sir Alex cukup geram. Dalam wawancara dengan The Independent, ia menyindir keras:

“Pemain yang sangat kami inginkan biasanya kami dapatkan. Tapi agennya berbicara yang berbeda, atau mungkin Kluivert tidak tahu seberapa besar Manchester United itu sebenarnya.”

Musibah yang Berujung Berkah

Kemarahan Fergie tidak berhenti di situ. Dalam autobiografinya, ia kembali menyebut Kluivert:

“Ketika Patrick Kluivert, penyerang tengah muda berbakat asal Belanda, sangat tidak terkesan dengan pendekatan kami pada tahun 1998 sehingga ia bahkan tidak mau berbicara dengan kami, dari situ saya yakin bahwa dia yang akan rugi, bukan kami.”

“Saat saya menulis ini, semakin banyak bukti yang meyakinkan bahwa ketidakpedulian pemain asal Belanda itu secara tidak langsung telah memberi kami keuntungan besar.”

Dan benar saja. Karena setelah Kluivert memilih Barca, Manchester United justru mendapatkan sosok baru: Dwight Yorke dari Aston Villa.

Yorke langsung klik dengan Andy Cole. Duet ini menjadi mesin gol yang membawa Manchester United menorehkan sejarah: treble winners 1998/99 dengan memenangkan Liga Inggris, FA Cup, dan Liga Champions dalam satu musim. Yorke menjadi top skor dengan 29 gol di semua kompetisi.

Sementara itu, Kluivert memang tampil apik bersama Barcelona dengan 122 gol dari 257 laga. Tapi selama enam musim, ia hanya mampu mempersembahkan satu trofi La Liga. Tidak sebanding dengan apa yang diraih Yorke dan Manchester United dalam waktu singkat.

The Kluivert Curse?

Uniknya, kisah Kluivert dan Manchester United tak berhenti di situ. Tahun 2018, giliran Justin Kluivert, putranya, yang menolak pinangan United.

Jose Mourinho dan Justin Kluivert saat Ajax vs Manchester United 2018
Jose Mourinho dan Justin Kluivert

Saat itu, Jose Mourinho ingin membawa Justin dari Ajax ke Old Trafford. Tapi sang pemain malah memilih pindah ke AS Roma. Sang ayah pun berkata dalam wawancara:

“Saya pikir United akan menjadi lompatan yang terlalu besar. Roma adalah klub yang tidak kalah penting, tetapi tekanannya lebih rendah.”

Seolah-olah, keluarga Kluivert memang ditakdirkan untuk berkata “tidak” pada klub yang bermarkas di Old Trafford.

Peluang Terakhir yang Kembali Gagal

Cerita belum selesai. Saat Louis van Gaal menjabat sebagai manajer Manchester United pada 2014–2016, ia sempat ingin membawa Patrick Kluivert sebagai asisten pelatih. Mereka sebelumnya sukses bersama Timnas Belanda di Piala Dunia 2014, membawa Oranje finis di peringkat ketiga.

Namun, kesempatan itu batal. Van Gaal lebih memilih Ryan Giggs, ikon klub yang dinilai lebih mengenal kultur Manchester United. Kluivert pun tak menyesal.

“Louis berkata kepada saya: ‘Patrick, sekarang saatnya bagimu untuk berdiri sendiri,’ dan itulah mengapa saya tidak bergabung dengan Manchester United,” ungkapnya via The Guardian.

Sebagai gantinya,Kluivert memilih menjadi pelatih kepala di Timnas Curacao.

Kesimpulan: Manchester United Tetap Melaju

Cerita keluarga Kluivert menunjukkan satu hal: kadang, ditolak bukan berarti dikalahkan.

Manchester United kehilangan target besar, tapi justru menemukan fondasi kesuksesan dari sana.
Yorke datang, sejarah ditulis, dan nama MU tercatat sebagai tim Inggris pertama yang memenangkan treble.

Sementara keluarga Kluivert tetap menjalani kisah mereka sendiri dengan tetap berprestasi, penuh prinsip, dan berani bilang “tidak” pada klub sebesar Manchester United.

Patrick Kluivert, pelatih Timnas Indonesia

Kini, Patrick Kluivert menjabat sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia. Meski ia dan anaknya tak pernah mengenakan seragam merah Manchester, kisah mereka justru memperkaya narasi di balik nama besar Old Trafford.

Kira-kira menurut kamu… siapa striker incaran MU yang benar-benar bisa cocok musim ini?
Coba tulis di kolom komen!

Leave a comment

Recent Post

Temukan Artikel Lainnya